Elfreth’s Alley & Redefinisi Rumah

Menyusuri Jalan Residential Tertua di Amerika

Rakean Radya Al Barra
5 min readSep 15, 2023

Pada suatu Kamis, dalam selang waktu 5,5 jam di antara kelas, aku memutuskan untuk mengisi kegabutan dengan pergi ke Old City Philadelphia, mungkin semacam Kota Tua (tapi bukan Dayeuh Kolot) dari si City of Brotherly Love ini.

Tujuannya ada 3:

  1. Nyari tempat buat makan yang vibes-nya gak kurs
  2. Nyari entrance pejalan kaki untuk Benjamin Franklin Bridge, yang aku rencanain buat rute lari 10k-ku
  3. Jalan-jalan random di Old City mumpung daun musim gugur masih lumayan bagus

Tujuan pertama selesai dengan mudah. Setelah beli Tikka Masala bungkus di Drexel, aku turun ke subway dan mendinginkannya selama perjalanan ke Race Street Pier di ujung kota. Di sana makan deh dengan view jembatan (+ dikasih pizza sama keluarga yang lagi piknik ihiy).

Tujuan nomor dua tercapai dengan simpel pula: tinggal diikuti jembatannya sampai ketemu ujungnya.

Tersisa sekian jam untuk tujuan ketiga.

Maka jalan-jalanlah aku, menikmati es krim (mahal) terkenal Franklin Fountain, mengunjungi toko buku, dan menyapa kucing (oh dan pemiliknya juga) di taman bernuansa kolonial.

Aku pun beranjak menuju salah satu destinasi yang menarik perhatianku sejak awal ke sini: Elfreth’s Alley.

What is home?

Semua dari kita tentu memiliki definisi masing-masing. Namun, seringnya, di media sosial dan sebagainya, aku lebih sering melihat narasi yang menuturkan bahwa rumah tidak terbatas pada tempat. Home isn’t a place, it’s a feeling, cenah.

Lalu, ada lagi yang memperluas definisinya menjadi orang. Home isn’t a place, it’s the people you cherish, cenah.

Dan ada juga yang mengaitkan rumah dengan hati. Home is in your heart, cenah.

Tentu, aku di sini tak bermaksud untuk berargumentasi melawan definisi-definisi ini. Tetapi menurutku, kita tak boleh lepas juga dari definisi harfiah rumah sebagai sebuah tempat tinggal yang tangible.

Dan Elfreth’s Alley telah menitipkan hikmah itu padaku — yang saking kuatnya masih terasa 10 bulan kemudian.

RT Pak Elpret

Elfreth’s Alley adalah jalan residential tertua di Amerika Serikat yang terus-terusan ditinggali. Sebetulnya, sebagai sebuah alley, mungkin kata yang lebih mendekatinya adalah “gang”. Akan tetapi, rasa-rasanya Elfreth’s Alley ini terlalu elok untuk disematkan titel tersebut, jadi kusebut jalan saja.

Si jalan beserta rumah-rumah tempo doeloe ini telah ada sejak tahun 1703, dan hingga hari ini semuanya masih merupakan properti milik pribadi kecuali dua rumah yang berfungsi sebagai Elfreth’s Alley Museum. Dan rumah-rumah ini masih dipakai selayaknya rumah pada umumnya, dengan keluarga biasa dalamnya yang menjalani keseharian mereka sebagai warga Philadelphia biasa.

Philadelphia: kota grid yang betul-betul terencana

Ratusan tahun yang lalu, Elfreth’s Alley sebetulnya tidak ada dalam perencanaan awal Kota Philadelphia. Akan tetapi, semakin majunya ekonomi Philadelphia mendorong para pedagang dan pengrajin untuk berkumpul di sekitar pelabuhan. Pantas saja Old City berada di sebelah Timur kota, daerah sang sungai besar Delaware.

Balik lagi ke cerita tadi, ternyata terlalu banyak orang yang menumpuk di Timur, sehingga dibuatlah jalur-jalur alternatif menuju ke sungai. Salah satu dari jalur ini adalah jalur gerobak yang dibuka di antara dua lahan oleh dua orang pemilik properti yang oportunis. Lama-kelamaan, yang awalnya jalur gerobak ini menjadi suatu “gang” residential dan kemudian dikenal sebagai jalurnya Bapak Jeremiah Elfreth, seorang pandai besi dan developer tanah.

Sejak dulu, warga Elfreth’s Alley begitu vokal dan getol dalam mempertahankan rumah-rumah mereka sebagai warisan zaman kolonial. Bahkan, mereka berhasil melobi untuk memastikan bahwa pembangunan jalan tol Interstate 95 tidak melalui Elfreth’s Alley, dan memberikan jalannya status sebagai landmark sejarah nasional.

“The Elfreth’s Alley Museum celebrates the working class of America who helped build this country through sweat and commerce. The alley is still a thriving residential community which is home to artists and artisans, educators and entrepreneurs, and everything in between.

Hingga hari ini ada kelompok resmi yang mengelola dan memastikan preservasi Elfreth Alley sebagai elemen dalam sejarah Amerika, yaitu the Elfreth Alley’s Association. Komitmen sekali ya wargi Elfreth.

Sua di Sana

Bata merah, jalan cobblestone, dan barisan bendera bernuansa kuno membuatku merasa telah melangkahkan kaki ke era yang berbeda — meskipun lima menit sebelumnya aku masih di jalanan besar samping sungai ala Philadelphia.

Anehnya lagi, selain tampak fisiknya, jalan tersebut terasa sebagai… jalan pada umumnya. Ada warga yang sedang mengajak anjingnya berjalan. Ada kurir UberEats yang mengantar makanan ke rumah. Ada fans tim baseball Phillies yang sedang asyik mendiskusikan permainan di hari sebelumnya.

Betul-betul seperti jalanan residential biasa — yang kebetulan amat dirawat oleh warganya sejak ratusan tahun lalu.

Meskipun aku tak mengajak warganya bicara, dari mengetahui sejarahnya dan menikmati suasananya, aku merinding sendiri saat terbayang begitu besarnya cinta yang tertaut dengan tempat ini.

Poster-poster para tim olahraga Philadelphia menghiasi dari dalam jendela-jendela, beserta stiker-stiker dari universitas-universitas besar Philly, menandakan kebanggaan penuh sayang untuk sang City of Brotherly Love.

Ada juga gambar lucu dari anak kecil yang tinggal di sini:

Dan, semakin banyak aku menulis tentangnya di sini, semakin aku sadar bahwa aku sulit membahasakan perasaan “terikat ke tempat” yang amat kuat auranya di Elfreth’s Alley.

Ia mengingatkanku akan tempat-tempat yang pernah kupanggil rumah selama perjalanan hidupku dan aku tersenyum mengingat kenangan manis-asam-pahit dari dua dekade hidup.

Gimana dengan kenangan tiga abad?

Pantas saja ratusan ribu orang berkunjung tiap tahunnya dan terpesona dengan suatu rasa di sana yang sulit didefinisikan.

Barangkali, rasa itu adalah “rumah”.

--

--