How to Make Things Right

mengubah penyesalan jadi amal jariyah

Rakean Radya Al Barra
6 min readJul 20, 2023
Photo by Cindy Liu on Unsplash

Aku adalah orang yang tak jarang menyesal. Kadang malah terlarut-larut dalamnya dan gak menghasilkan apa-apa selain diri yang lebih tidak siap menghadapi esok hari.

Aku menyesali waktu yang tak diberdayakan, kesempatan yang tak dimaksimalkan, harta yang tak beralasan, sehat yang tak dihiraukan, dan syukur yang tak diindahkan.

Semuanya seperti pasir halus yang digenggam di atas air — namun lepas dan hilang selamanya.

Padahal kuyakin di tangan orang lain yang sangat menginginkannya, pasir itu bisa menjadi istana yang indah.

Tangan yang lebih sabar, sadar, dan tak seceroboh aku.

yey sandcastle-nya jadi | Photo by Emmanuel Acua on Unsplash

Tapi suatu ketika, di saat pemikiran seperti ini sedang menghantam, ada konstelasi ide yang tersambung.

Spontan terlintas lima kata dalam benakku:

“I’m gonna make things right.”

Artinya?

Dalam rangka make things right, aku bertekad untuk memperbaiki penyesalan-penyesalan itu, somehow. Tidak menjadikan mereka sebagai sebatas pencoreng sejarahku, tapi memaksanya agar produktif.

Konstelasi ide ini terbentuk saat aku teringat nasihat bertahun lalu dari Teh Juan, narasumber suatu acara sekolah mentor untuk anak rohis SMA.

Teh Juan mengibaratkan dosa-dosa kita sebagai suatu aliran konstan — layaknya bensin SPBU yang angka harganya naik naik naik. Semenjak kita baligh, malaikat pencatat amal memulai meteran.“Dari nol!” wrrrrrrrr

Photo by Hanindito Prabandaru on Unsplash

Malas, ghibah, amarah, iri, bohong, sombong, bercanda berlebihan, mendzolimi orang lain, mendzolimi diri sendiri, pelit, munafik, tidak bersyukur, tidak respect ke orang tua, dll dkk dsb rasa-rasanya akan ada saja dan mengalir terus dari pompa SPBU kita masing-masing.

Debitnya mengerikan, maka harus ada pula aliran konstan kebaikan yang menandinginya.

Analogi ini tak pernah aku lupakan.

Lalu, dalam mencari apa yang bisa menjadi aliran konstan kebaikan, aku teringat suatu riwayat yang tak henti-hentinya dibawakan oleh alumni-alumni rohisku dalam berbagai kesempatan:

Intinya adalah bahwa orang yang menunjukkan kebaikan mendapatkan pahala sama seperti orang yang melakukan kebaikannya melalui ajakan tersebut.

Sengaja aku tampilkan hadits tersebut di sini bersama fawaid atau faedah-faedahnya karena begitu menunjukkan betapa besar bonus ganjaran di sisi Allah bagi para penginspirasi.

Misal, poin (1) menunjukkan bahwa hadits berlaku untuk kebaikan dunia maupun akhirat. Maka bisa jadi termasuk hal seperti mengajarkan ilmu yang bermanfaat, mengampanyekan perilaku positif seperti go green atau anti-bajakan, juga sekadar berbagi info yang mempermudah hidup orang lain. Dan jika di-act upon oleh orang yang kita “ajak”, menambahkan the net goodness in the world, kita pun mendapatkan ganjaran sebagai kontributor pengajak/pemantik.

Lalu kurang bonus gimana poin (2), yang menunjukkan bahwa dibedakan antara pahala mengajak dan pahala orang yang mengikuti ajakan tersebut. Lantas, dalam Al-Quran, Allah berkali-kali menegaskan bahwa kewajiban Rasulullah ﷺ hanya untuk menyampaikan. Selain mengandung reminder bahwa hidayah hanya dalam kuasa Allah, terdapat penitikberatan juga untuk menghibur Rasulullah ﷺ untuk don’t worry too much terkait halnya berdakwah sampai benar-benar mengubah orang lain, karena kewajibannya tidak sampai situ. Tapi kalau bisa extra miles hingga orang lain benar tergerak, tentu ada bonus ganjaran lebih, dan ternyata itu berupa pahala yang sama persis seperti orang yang tergerak itu.

Terus poin (4) juga amat powerful. Ajakan tak mesti berupa litereli mengajak secara eksplisit dengan lisan, tapi bisa juga berupa aksi kita. Jika aksi kita ada pada level di mana ia menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan, maka itu pun cukup untuk meraih sang bonus pahala. Semakin besar skala inspirasi, semakin potensial.

Bisa disimpulkan hadits ini adalah rules of the game yang amaat penuh rahmah. Allah ‘azza wa jall kurang baik apa?

Jadi, melalui analogi SPBU dan fawaid hadits ini, aku terpikirkan bahwa ajakan dan inspirasi amat sangat bisa di-scale up. Semakin banyak kita mewarnai kehidupan orang lain dengan kebaikan melalui ajakan dan aksi inspiratif, semakin banyak kebaikan yang mereka lakukan, dan semakin banyak ganjaran bonus untuk kita. Terlebih jika ada ajakan dari kita yang cenderung “kekal”, hingga pahala untuk kita terus mengalir layaknya passive income.

Menginspirasi seseorang untuk menjadi pemimpin yang adil menghadiahkan pahala untuk kita atas aksi-aksi leadership dia. Menginspirasi seseorang untuk lebih dekat dengan Islam membuahkan ganjaran untuk kita atas upaya-upayanya mendekati ridha Allah. Apalagi menginspirasi seseorang untuk menjadi penginspirasi. Wah, kalau sampai ada jejaring kebaikan yang bisa di-trace back ke kita… beuh, itu mah farming pahala.

Dan Allah Yang Maha Adil pasti akan membalas porsi kontribusi kita dalam aksi orang lain tanpa sedikit pun mendzolimi (wa hum laa yudhlamuun) dan sekecil apapun kontribusi itu (famaiy ya’mal mithqaala zarratin khairaiy-yarah).

Maka, menyalakan kebaikan orang lain melalui inspirasi dan mengemban figuritas penuh keteladanan memiliki potensi yang besar untuk menyaingi debit aliran dosa yang tak henti-hentinya itu.

Tapi ada satu masalah

Berhubungan dengan segala inspirasi-dan-figuritas ini, aku sering merasa tak pantas ketika diposisikan sebagai “narasumber” atau “guru”, atau sesederhana ketika ada ketukan innocent untuk meminta tips seputar bermacam-macam hal.

You name it: kepemimpinan, pengembangan diri, materi akademik, etc.

Karena, rasanya yang aku tahu itu bukan “cara yang bener” yang sejatinya kujalankan tapi justru aku telah mengalami (dan seringnya masih menjalani) “cara yang salah” — yang kusesali. Lalu kepada khalayak luas aku berceloteh tentang framework-framework ideal dan berbagai hikmah yang kurumuskan dari penyesalan tersebut.

Pernah ada kalanya posisi macam ini terasa palsu sekali bagiku; nyaring di kepala dan begitu munafik rasanya.

Tapi ada satu mentor yang menegurku, “Kalo bicara manfaat ya impostor syndrome itu ga ada manfaatnya buat siapa-siapa, Rak. Ga ada buat kamu, apalagi orang lain.”

Haha bener oge.

Maka apabila diri sendiri gagal menggunakan kesempatan untuk bangkit dari keadaan yang disesali, masih ada kesempatan untuk make it right dalam bentuk orang lain. Bisa jadi suatu akselerasi langkah kebaikan yang baru kutemui setelah bertahun-tahun menderita dan menyesal cukup terimplementasi oleh orang lain setelah setengah jam sharing bersamaku. Bisa jadi keidealan yang belum mampu kujalankan cukup terjalani oleh teman yang kubagikan best practices-nya. Bisa jadi tips and tricks yang terasa sepele itu cukup terasa menggerakkan bagi seorang yang berbeda latar belakang.

Lalu karena di faedah nomor (4) di atas ada persoalan “aksi menginspirasi” dan kita tahu bahwasanya setiap amalan tergantung pada niatnya (inna mal a’malu binniyah), jadi ketika bersepak terjang dalam dinamika sehari-hari, harus disertakan pula niat untuk menjadi teladan, seinsignifikan apapun aksi-aksi itu. Mana tau, ada yang terinspirasi. Mana tau, ada yang mengambil pelajaran. Bukan niat untuk dilihat orang lain, beda loh ya.

Jadi dengan segala hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kita “tinggal” mencari action items yang tepat untuk konteks dan latar belakang pribadi kita masing-masing.

Dengan menjadi seorang aku, apa bentuk paling efektif untuk mengajak orang lain menuju kebaikan? Bagaimana aku bisa scale-up potensi inspirasiku dengan efisien, mengingat waktuku di dunia terbatas? Apa kontribusi unggulanku dan legasiku dalam hidup ini, yang mampu menggerakkan hati orang untuk melakukan kebaikan?

Misalnya, untukku yang lumayan punya wadah untuk nano-influencing, ada potensi jejaring kebaikan dan tanggung jawab yang menyertainya yang terlalu sayang untuk tidak dimaksimalkan. Jadi terlepas dari keinginan untuk menghilang dari seantero dunia figuritas (sempet dicoba for a few weeks dan lezat sekali haha), ada rasa tanggung jawab pribadi yang mendorong aku untuk terus berbagi.

So yeah, I’ll be sticking around sharing what I can for quiiite a while it seems :)

((yuk ges kalian baik-baik aja ya biar aku dapet bonus yang buanyak))

--

--