Minum dari Selang Damkar
Seminggu Menjadi Aquatroops
Waktu awal pandemi aku sempat mengikuti course dasar-dasar computer science secara online dari Harvard dalam course terkenal bernama CS50. Walaupun konsistensiku akhirnya kandas dan practical knowledge-nya udah entah ke mana, course ini amat berkesan.
Aku terpikat dengan energi dan semangat Professor David Malan, juga tekadnya untuk membangun pola pikir programming yang kuat ketimbang cara-cara instan: hal yang benar-benar membuatku mengapresiasi per-koding-an sebagai suatu science.
Salah satu hal yang tak pernah aku lupa adalah pernyataan Professor Malan pada Week 0. Begini katanya:
“This class is like trying to drink from a firehose.”
Kelas ini seperti berusaha minum dari selang pemadam kebakaran.
Ternyata ini frasa yang dipinjam dari MIT. Masuk MIT (dan course CS50 Harvard) layaknya seseorang yang ingin minum dari selang damkar: kewalahan dengan segitu banyaknya air yang tertembak kencang. Kewalahan dengan segitu banyaknya ilmu dan konsep yang menghantam kontinu.
(Btw maaf ya analoginya pake minum-minum bagi yang sedang berpuasa, mudah-mudahan nambah pahala wkwk)
Ujung-ujungnya, orang yang berusaha minum dari selang damkar tidak akan haus, memang. Dan tak mungkin ia minum semua air itu, memang. Tapi setidaknya ia menangkap air untuk dirinya sendiri. Dan setidaknya ia jadi sadar terhadap luasnya ilmu dan expertise yang tersedia di luar . Harapannya bukan malah memberatkan atau membuat merasa kecil diri, tapi semakin termotivasi.
Lupakan sejenak MIT dan Harvard yang jauh di Boston sana.
Minum dari selang damkar pun bisa dilakukan di Bandung. Bahkan from anywhere. Aku trademark deh: Minum Selang Damkar From Anywhere (MSDFA).
Yak, intinya terhitung hari ini, sudah sembilan hari semenjak awal onboarding menjadi Aquatroops (alias magang/intern) di eFishery melalui eFishery Academy.
Sungguh suatu langkah tiba-tiba yang tidak kukira akan terjadi. Semenjak kepanitiaanku mengundang Kak Gibran Huzaifah ke acara talkshow Inspirasi Ramadhan, aku telah massively impressed dengan eFishery yang benar-benar bergerak untuk creating shared value bagi pembudidaya ikan di Indonesia. Aku terkesan dengan the great lengths yang dilalui oleh Kak Gibran dan tim di awal-awal perintisan, terlebih karena aku mendengarnya langsung dari mengobrol dengan orangnya. Melalui kepanitiaanku itu, aku pun bertemu dengan Kak Royyan (kini Professor X-kuh haha) yang juga memberikan cerita berkesan tentang langkah-langkahnya di eFishery.
Ya, dengan itu semua, tak heran bila aku jumped at the chance buat ikut bergabung. Jadi, singkat cerita, aku diterima untuk belajar sebagai Product Manager Intern di Departemen Research & Development-nya eFeeder & AIoT. Dang that’s a mouthful.
Dan di sinilah aku minum dari selang damkar. Pekerjaanku so far adalah ngikut-ngikut ajakan Boss Rommi, termasuk ikut ke kantor, ke bonding akhir Quarter, ngewakilin di meet awal Quarter, dan lain-lain. Dan di kesemua tempat itu, aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa dalam expertise-nya, saling berbahasa dengan lingo teknikal yang tak bisa kupahami dan berdiskusi melebar tentang sistem-sistem yang baru kuketahui. Apalagi ketika aku tiba-tiba diajak ngobrol soal begituan pula haha — terpaksa harus belajar dan mengejar konteks itu.
Dan… mengesankan! Meskipun aku masih kewalahan setiap kali buka dokumen berlapis-lapis di Notion dan GSlides, aku tahu bahwa selang damkar memang amat banyak airnya. Meskipun aku dan kakak-kakak intern lain banyaknya ngang ngong di presentasi quarterly VP, aku tahu bahwa air selang damkar memang tak mungkin diserap semua. Dan meskipun aku merasa belum begitu berguna, aku tahu bahwa sebenarnya ada air selang damkar yang kuminum.
Ini muka-muka baru siapa ya, baru liat? Ohh intern ya? Oh yaudah gapapa, kalian intern serap aja dulu, cerna aja dulu haha.
Sebetulnya, semua tempat baru sejatinya adalah khazanah keilmuan yang luas. Dan kita sebagai manusia yang dinamis dan mendewasa tentu akan merasakan dihantam “air pengetahuan” suatu selang damkar at some point. Jika ranah satu divisi perusahaan saja begini, apalagi keseluruhan knowledge perusahaan. Jika keseluruhan perusahaan saja begitu, apalagi keseluruhan knowledge industri. Apalagi jika kita sesekali bertadabbur dan mencoba untuk merasakan ilmu yang dimiliki Yang Maha Mengetahui. Beuh.
Ilmu yang seluas berlipat-lipat samudera itu memang tak mungkin bisa kita raih. Meraihnya pun lebih sering kita lakukan dengan tangan terbuka nan inefisien, tercelup ke samudera dan terangkat dengan hanya menyisakan tetesan-tetesan di jari-jemari.
Tapi gapapa.
Yang penting adalah apa yang kita lakukan dengan tetesan-tetesan itu.
Sejauh ini, aku melihat eFishery sebagai wahana belajar yang “air pengetahuan” konstituennya disatukan menjadi kolam manfaat. Semoga waktu sisaku sebagai bocil Aquatroops bisa digunakan sebaik-baiknya untuk belajar dari kolam itu — dan barangkali meninggalkan kontribusi unik di dalamnya.
Semoga air ini menjadi bekal yang baik untuk pendakian.
Aamiin.