Pengakuan | Q1 2023

Rakean Radya Al Barra
4 min readMar 31, 2023

--

ilustrasi — surya.co.id

Sebetulnya kalo by schedule, hari ini jadwalnya untuk publishing Refleksi Kentucky yang ke-5, tapi karena kebetulan Jumat ini hari terakhir di bulan Maret, rasanya aku pengen celoteh abstrak dikit tentang Q1 2023 — selagi berceloteh masih kurasa oke di Medium ini haha.

Let’s get right to it.

Tiga bulan pertama 2023 ini, aku belajar banyak! Keputusanku untuk nyemplung ke berbagai medan pengalaman yang baru ternyata cukup berbuah. Dalam Q1 ini aku jadi nyicip dunia lomba, kajian kemahasiswaan, tiga start-up yang berbeda (🤯), consulting, semi-jurnalisme, dan bermacam aktivitas lainnya yang sukses membuat pusing haha. Dipikir-pikir kalau ditulis mah terdengar lumayan okeh tapi ye aslinya gak juga ah wkwk kitu weh terseok-seok.

Insight utama yang kudapatkan tentu saja adalah bahwa aku masih jauh dari kompetensi yang betul-betul betul-betul. Aku bertemu banyak orang baru dengan expertise yang luar biasa di bidangnya — hal yang membuatku berharap bisa punya kapabilitas yang serupa entah apa bidang expertise-ku nanti (ya arahnya perlahan terbentuk).

Aku senang melihat orang-orang yang begitu mampu dan passionate di tempatnya. Mereka rela bekerja keras dan menjemput misi hidup dengan memanfaatkan segala langkah khas mereka, menggunakan tiap kesempatan yang telah dilalui untuk aksi di hari ini. Melihat mereka, ada rasa “ketepatan” yang just feels right, seolah melihat proses peletakan kepingan puzzle terakhir: satisfying. Sementara, rasanya diri ini masih mengacak-acak kepingan.

Ketagihanku terhadap kebaruan membuahkan naluri eksplorasi yang tak ingin berhenti, enggan menetap, dan lelah ketika harus konsekuen. Semua diselingi dengan kesadaran baru akan kewajiban-kewajiban yang melekat pada umur, juga usaha untuk menyeimbangkan segalanya — spiritual, fisik, profesional, akademik, de el el. Sungguh benar bahwa kewajiban yang ada melebihi waktu yang tersedia.

Jika ditelusuri, renungan-renungan macam ini mengenai peran hidup diri ini dimulai sejak Ramadhan 1443 setahun yang lalu, pengalaman yang menghadirkan bahan bakar pribadi yang melimpah. Banyak hal mengarahkanku untuk berpikir jauh ke depan, mempertanyakan kemampuan tuk mempertanggungjawabkan sedasar-dasarnya Kewajiban. Yap, bahan bakar. Alih-alih menggunakannya untuk melaju, terkadang aku rasa malah kebakaran.

Semuanya episodik, tentu saja. Terkadang meluap intens di kala sendirian dan terkadang episodenya berkepanjangan menjadi pengganggu setia. Entah sejak kapan (Ramadhan tahun lalu maybe?) aku mungkin menjadi lebih “perasa”. Ah tapi gak juga sih. Sang mesin-di-kepala tetap berisik tiada henti seperti biasa, jauh lebih dominan di “pemikir”. Mungkin lebih tepatnya aku telah lebih membiarkan perasaan memiliki efek terhadapku, disiplinku mulai renggang.

Nah, Q1 2023 mengajarkanku untuk bisa cukup mengontrolnya sendiri dan tak perlu terlalu mengandalkan orang lain untuk dititipkan keresahan. Walau tentu saja aku berterima kasih kepada para sahabat yang rela menyalakan hari-hari. Waktu sebentar aja bareng orang macem Arvind, Azmi, Ihsan, Dhanil, Yassir, Ryan, de ka ka entah kenapa membuat lebih tenang, sekalipun tak menyinggung keresahan-keresahan itu sama sekali. Hatur nuhun mamangs.

Berkaitan dengan judul, Pengakuan, aku jadi teringat kembali syair Al I’tiraf-nya Abu Nawas, yang selalu berhasil mengarahkan sedih-resah ini ke bentuk penghambaan: kurasa memang lebih produktif begitu walaupun tetep sedih-resah juga haha. Al-I’tiraf ini memang jadi langganan untuk kudengar waktu akhir-akhir Ramadhan ’43 yang lalu. Dan entah karena lagi episodenya atau karena Ramadhan memang membawakan nuansa reflektif-introspektif-retrospektif, sekarang-sekarang aku kembali mendengarkannya berulang.

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي

Maka berilah aku taubat dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar

Banyak yang berubah dalam tiga bulan tapi banyak juga yang sama aja. Mungkin representasi kecil akan kehidupan: ada yang bakal berubah total dan ada yang bakal gitu-gitu aja. Pemeran dalam kehidupan pun berubah-berubah. Ada yang datang ada yang pergi. Boleh jadi, aku juga yang datang dan pergi. Hal ini semakin jelas setelah obrolan ringan bersama Ibu tentang teman kuliahnya. Selain itu, hal yang terkesan stabil dan pasti bisa saja berujung nihil sedangkan hal yang tak disangka-sangka bisa tiba-tiba amat berpengaruh. Memang tak bisa ditebak.

Tapi sebetulnya bukan hakku atau hak kita untuk terlalu mengkhawatirkan dinamisnya masa depan. After all, Allah ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Jadi mari kita berprasangka baik — husnuzan billah. Amor fati.

Ya, secara teori sih begitu. Betul-betul menerapkannya ya beda cerita. Dan itu masih ongoing process.

Berhubungan dengan ongoing process itu, di Q1 ini aku jadi senang menulis: lebih banyak untuk diri sendiri sih, tentu saja. Ia membantu merangkai segala (mau itu abstrak atau jelas) dan membuat ngeh bahwa “Oh gini doang toh?” Dan ada rasa kepuasan tersendiri ketika itu semua sudah tersalurkan.

Aku juga terkadang sampai drop everything and write untuk menjernihkan noise di kepala yang sulit terdefinisi. Contohnya ada beberapa di Medium ini, bahkan, haha. Dan mungkin berbagai pengalaman di Q1 ini terwakili oleh salah satu hal yang aku tulis spontan beberapa hari lalu:

I think a common theme within the past few months that shows up time after time is my tendency to be stupidly lucky.

From the lens of chance and probability it just doesn’t make any sense. This [redacted, belittlingly describing self] somehow ends up falling upwards: extended deadlines, smoothsailing interviews, cancelled classes, wing-it-able exams… You name it.

But as we know, there’s a Plan behind this made by the Almighty, Best of Planners. So whatever perceived hardship there is coming at me, no matter how dizzying, I should embrace it and make best use of this ease I am continuously given. Stop the myopic view; think long. The trend is upward, insyallah :)

Aamiin.

Maaf ini memang celotehan random yang tak berbentuk, refleksi diri yang kubagikan kepada publik siapa tau bermanfaat. Ya, barangkali seseorang di luar sana akan lebih tenang dengan menyadari bahwa seorang Rakean pun (whatever that’s supposed to mean lol) berurusan dengan demons-nya tersendiri dan senantiasa berkembang.

Keyword Q1: menerka.

Semoga Q2 besok udah bisa lebih pede mendefinisi.

Gak kerasa udah Jumat lagi ya. Yuk, manfaatkan mumpung masih Ramadhan :)

--

--

Rakean Radya Al Barra

self-proclaimed preman medium, berbagi tiap jumat pukul 10 WIB