How to Train Your Distracted AF Self:

Why Make Quarterly Reflections?

Rakean Radya Al Barra
5 min readJun 28, 2024
toothless lagi procrastinating

Jika dipikir-pikir, fenomena ‘terdistraksi’ terdiri atas tiga unsur: (A) hal utama yang seharusnya diperhatikan, (B) hal lain yang mengalihkan perhatian, dan (C) your distracted af self.

Dalam kasusku, si C ini — jujur — agak problematik. Mager pula untuk memperbaiki diri. Dan itulah salah satu faktor besar dari keputusanku untuk berusaha membudayakan refleksi tiap triwulan: I’ve got to train my distracted af self.

Satu semester ke belakang ini adalah waktu yang cukup unik bagiku karena beban SKS yang rendah membuatku merasa seolah unsur A (masih inget ga ini apa hayo) tidak ada sama sekali, menyisakan pekerjaan-pekerjaan serabutan — biasanya unsur B— yang saling berebut atensi. Sementara itu, C tetap konstan.

Dengan begitu, mungkin kurang tepat untuk mengklasifikasikan keseharianku kemarin sebagai hari-hari yang penuh distraksi besar — toh tak ada hal besar atau utama yang dilakukan. Alih-alih begitu, kegiatan-kegiatanku yang tiba-tiba banyak dengan sendirinya (B) saling mengalihkan perhatian/saling mendistraksi, membuatku terjebak dalam keadaan terbawa ombak.

Aku duga biang keladinya adalah si C: diri sendiri yang memang bawaannya sangat distract-able dari sananya. Asem. Sejak kecil, tak banyak intervensi yang bisa dilakukan untuk mengontrol atensiku, memang. Terkadang aku bisa terlarut berjam-jam dalam suatu obsesi yang nyaman bertengger di sela-sela pikiran atau juga terlarut berjam-jam dari melakukan segala-macam-hal-selain-yang-seharusnya-kulakukan.

It may not seem like it, tapi dengan begitu, sejujurnya trik-trik manajemen diri pada umumnya — termasuk beberapa yang rajin kupromosikan di Medium ini — cukup sulit untuk aku praktikkan secara konsisten dalam keseharianku. Tak sulit bagiku untuk memulai suatu planning harian yang lumayan ideal, tetapi serealistis apapun itu, aku cukup terhalang oleh kecenderungan dalam diriku (si C ituloh) untuk agak sembarang dalam alokasi perhatianku. All those productivity gurus’ tricks don’t seem to work!

Ketika kuusahakan untuk menggalakkan sebuah sistem manajemen diri yang canggih, kegagalanku secara terus-menerus untuk mencapai target-target pribadi (yang aku sendiri susun!) malah berisiko memunculkan mode pikiran yang kalut, nge-down, dan tak mendukung perkembangan diri yang berarti. Selalu saja diri yang disalahkan karena kurang disiplin.

After all, motivation is a myth and discipline is everything, bukan?

Tapi Kenapa Butuh Sistem?

Photo by Ashim D’Silva on Unsplash

Ali Abdaal, YouTuber ahli produktivitas, sering bercerita mengenai satu model mental yang cukup membantu dalam merancang kerangka kegiatan-kegiatan kita secara menyeluruh. Nama model mental ini adalah the Pilot, the Plane, and the Engineer. Tujuannya adalah untuk membagi waktu kita sesuai dengan kebutuhan ‘peran’ tertentu, layaknya peran-peran pada penerbangan pesawat yang kesemuanya penting untuk memastikan kesuksesan (keselamatan) perjalanan pesawat.

Konsep kuncinya adalah proporsionalitas: kita tak akan selalu menjadi pilot, tak selalu menjadi pesawat, dan tak selalu menjadi insinyur. Tetapi kita semestinya punya alokasi untuk menjadi masing-masingnya, jika ingin selamat. Pembagian peran ini kira-kira seperti berikut:

  1. Pilot (10%): Saat kita menjadi pilot, kita merencanakan dan mengarahkan. Ini termasuk refleksi, menetapkan prioritas, dan menyusun rencana. Ini membantu kita memulai hari-hari dengan tujuan yang jelas dan fokus yang terarah.
  2. Plane (85%): Sebagai pesawat, kita fokus pada eksekusi. Tantangan terbesar di sini adalah memulai pekerjaan dan menjaga konsistensi tanpa terganggu. Dengan disiplin yang kuat dan fokus, kita dapat mencapai produktivitas maksimal.
  3. Engineer (5%): Peran insinyur memastikan bahwa sistem dan alat yang kita gunakan tetap efisien dan teratur. Insinyur memastikan bahwa sistem-sistem dapat minimal terjaga, dan lebih baik lagi dikembangkan, untuk pengembangan keterampilan dan meningkatkan efisiensi kerja kita.

Diri yang well-managed bukanlah diri yang terbang grasak-grusuk dengan eksekusi buta tanpa refleksi. Tetapi ia juga bukan arahan-arahan pilot tanpa akhir yang tak berujung hasil apa-apa. Apalagi insinyur yang bingung membangun sistem-sistem realistis setelah men-copas-nya dari orang lain, dan tak kunjung jalan segalanya.

Kembali kepada poin diriku yang mudah terdistraksi, aku rasa harus menjadi seorang insinyur yang bertanggung jawab dengan menelan ego dan mengakui bahwa banyak sistem produktivitas di luar sana yang tak cocok-cocok amat denganku dan tak perlu dipaksakan. Toh dipaksakan dan malah gagal pun membuat nge-down kalau gak burnout.

Tapi ternyata mungkin kesalahannya bukan terletak pada aku semata. Bisa jadi, sistem-sistem manajemen diri yang dipakai para ahlul produktivitas di luar sana memang cocok untuk demografi tertentu yang aku pribadi tak termasuk. Dan dalam konteks ini, aku temukan satu konsep kunci: jangka.

Refleksi Berjangka Triwulan

Photo by Михаил Секацкий on Unsplash

Aku butuh ritme refleksi yang berjangka ideal.

Tujuan jangka pendek, yang biasanya ditetapkan untuk satu hari atau satu minggu atau satu bulan, bisa saja terlalu singkat untuk memungkinkan kemajuan yang signifikan. Periode refleksi yang terlalu singkat pun menagih sistem-sistem yang discpline-intensive: hal yang diri randomku amat sangat sulit terapkan jika harus betul-betul daily.

Di sisi lain, tujuan jangka panjang, yang seringkali mencakup beberapa tahun, bisa menjadi terlalu abstrak dan menyebabkan penundaan karena tampaknya sulit dicapai. Belum lagi segala macam perubahan yang pasti akan terjadi, sehingga menyusun langkah-langkah jangka panjang yang terlalu detail dan rigid malah akan menyia-nyiakan waktu.

So let’s strike a balance. Try quarterly reflections!

Menurutku, refleksi pribadi setiap triwulan mencapai keseimbangan sempurna antara dua ekstrem yang dibahas sebelumnya. Periode tiga bulan cukup panjang untuk membuat kemajuan yang berarti namun cukup pendek untuk mempertahankan rasa urgensi dan kemampuan beradaptasi. Kerangka waktu ini memungkinkan penilaian ulang dan penyesuaian secara teratur, memastikan bahwa tujuan tetap relevan dan realistis dicapai.

Tiga bulan pun tak sulit-sulit amat untuk dicoba diingat-ingat, sehingga masih mudah untuk menarik kembali hikmah-hikmah yang ditemui secara recent dan merangkainya seolah ialah puzzle perjalanan pribadi yang Allah rancang untuk diri kita. Warna-warnanya masih jelas dan belum keburu pudar.

Dari percobaanku kemarin-kemarin, aku telah mendefinisikan mode diri saat sedang ‘menerka’ di Q1‘23, menjawab reflective exercises asyik untuk menggambarkan ‘growth’ di Q3’23, merenungkan konsep hari esok di Q4'23, dan mengakui kebimbangan di Q1'24. Meskipun refleksi triwulanan ini masih agak freestyle, dengan kesamaan satu-satunya yaitu form pesan pribadi, menurutku yang penting adalah refleksi itu ada.

Mengapa? Karena, dengannya, terekamlah sebagian besar dari perjalanan kita dalam satu triwulan. Dan segala macam mulai menjadi makes sense ketika dipandang dari bigger picture. Menjadi familiar dengan hal-hal ini — yang artinya menjadi familiar dengan berbagai kecenderungan diri sendiri dan kapabilitasnya untuk berperforma —membuat kita lebih lihai dalam menentukan arah gerak ke depannya.

Refleksi quarterly bagiku menawarkan pendekatan yang seimbang untuk me-manage kehidupan pribadi secara proporsional, terlebih dengan kecenderungan diriku untuk mudah teralihkan oleh mainan-mainan berikutnya dan sulit konsisten dalam mencapai tujuan-tujuan. Lama-kelamaan, slowly but surely, ‘otot refleksi’ ini akan semakin terlatih.

Dan ketika otot itu telah teruji kompetensinya, terasah pula ‘otot disiplin’. Akan semakin banyak practices yang dilakukan secara autopilot tanpa harus betul-betul effoooorrrtt dan barulah diri sendiri yang distracted af itu bisa mulai memertimbangkan untuk mengembangkan sistem-sistem yang lebih advanced :)

Awalnya tulisan ini direncanakan sebagai refleksi Q2 2024, tetapi rasanya aku masih butuh banyak waktu untuk mensintesis hal-hal di quarter ini hingga menjadi simpulan yang betul-betul bermanfaat :

--

--

Rakean Radya Al Barra

mengumpulkan buah perjalanan | berbagi tiap jumat (and sometimes wednesdays)